Adegan barbar ini bukan dari Zaman Kegelapan tetapi dilakukan
sebuah kelompok militan di Somalia, Minggu (13/12/2009). Kelompok itu
memaksa warga desa menonton perajaman hingga tewas seorang pria yang
dinyatakan melakukan perzinahan.
Mohamed Abukar Ibrahim, nama pria malang berusia 48 tahun itu,
dikubur hidup-hidup dalam posisi berdiri, hanya leher dan kepala yang
masih di atas tanah, lalu dilempari batu hingga tewas. Kelompok militan
itu, Hizbul Islam, juga menembak mati seorang pria lain karena
melakukan pembunuhan. Esksekusi terhadap dua orang itu terjadi di
Afgoye, sekitar 20 mil di baratdaya Mogadishu, ibu kota Somalia.
Namun hukuman yang
sedemikian mengguncang itu, kata sejumlah saksi mata, kemudian memicu
pertempuran di antara dua faksi dalam kelompok militan tersebut.
Akibatnya, tiga anggota militan tewas.
Kelompok itu memerintahkan warga desa pergi ke sebuah
lapangan. Di sana seorang hakim dari para pemberontak mengumumkan bahwa
kedua orang itu mengaku telah melakukan masing-masing pembunuhan dan
perzinahan. Hakim itu menambahkan, seorang wanita yang terlibat
perzinahan telah dihukum cambuk 100 kali.
“Ini hari penghakiman terhadap mereka,” kata sang hakim, Osman
Siidow Hasan, kepada warga yang dipaksa menoton. “Kami telah
menyelidiki dan mereka telah mengaku,” katanya.
Namun sebagian anggota
kelompok militan itu ingin menunda eksekusi tersebut. Sebuah
pertempuran bersenjata pun pecah di antara mereka. “Tiga anggota Hizbul
Islam tewas dan lima lainnya terluka setelah mereka saling serang,”
kata Halima Osman, penjaga toko di Afgoye, melalui telepon kepada
Reuters di Mogadishu. “Beberapa ingin menunda eksekusi sementara yang
lainnya berkeras. Mereka lalu saling menembak. Kelompok yang melawan
eksekusi kalah, kemudian lari,” tambah Osman.
“Saya tidak dapat melihat,” kata seorang warga lain, Ali
Gabow, kepada Reuters. “Perempuan yang terkait dengan pria yang kedua
(yang dirajam) hanya diberi cambukan 100 kali karena perempaun itu
mengatakan, dia tidak pernah menikah.”
Eksekusi itu merupakan yang pertama dilakukan Hizbul Islam.
Hukuman seperti itu di Somalia bisanya dilakukan kelompok pemberontak
yang lebih keras, Al Shabaab. Amerika Serikat telah menyatakan Al
Shabaab yang berbasis di negara gagal di Tanduk Afrika itu sebagai
anggota jaringan Al Qaeda.
Presiden Somalia, Sheikh Sharif Ahmed, yang disokong pihak
Barat hanya mengontrol sejumlah tempat starategis di Mogadishu. Para
pakar keamanan Barat mengatakan, Somalia telah menjadi surga yang aman
bagi kelompok-kelompok militan, termasuk kelompok-kelompok asing, yang
menjadikan negara itu sebagai tempat untuk menyusun serangan ke kawasan
atau sasaran yang lebih luas lagi.
Ada kecemasan, Somalia akan menjadi seperti Afganistan sebelum
peristiwa 9/11. Al Shabaab, juga Hizbul Islam, sedang melawan
pemerintah dan berusaha mendesakan hukum syariah yang keras di seluruh
negeri itu. Ulama Al Shabaab telah melarang film, tarian pada acara
pernikahan, bermain atau menonton sepak bola, serta menerapkan
perajaman hingga mati dan pemancungan di wilayah yang telah dikuasinya.
Konflik
telah menewaskan 19 ribu warga sipil Somalia sejak tahun 2007 dan
menyebabkan 1,5 juta orang mengungsi. Kekacauan juga terjadi di lepas
pantai. Para perompak Somalai membajak kapal-kapal komersial yang
melintas di Samudra Hindia serta Teluk Aden dan telah meraup puluhan
juta dollar dari uang tebusan atas kapal-kapal tersebut.
sumber ruanghati.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar