Sungguh
kejam yang dilakukan Fendi Ardiyanto. Karena niatnya menikahi gadis
pujaannya, dia menghabisi Fatmawati (16) kekasihnya itu dengan cara
yang sadis. Sebelum dibunuh, Fatma diperkosa, kemudian dimutilasi.
Awalnya, Fendi hanya ingin menusuk Fatma yang tercatat sebafai warga
Banjarbaru Kalimantan Selatan (Kalsel) ini. Namun, karena takut bisa
diungkap polisi, muncul ide untuk memutilasi tubuh Fatma.
Akhirnya,
aksi itu dilampiaskan Fendi bersama rekan-rekannya. Sebelumnya mereka
mabuk minuman keras dan menelan pil koplo. “Awalnya mau aku sodok
(tusuk) saja. Tetapi, karena ketakutan muncul pikiran memotong-motong
tubuh Fatma,” katanya. Orang yang kali pertama menggorok Fatma adalah
Ardiansyah. Pria yang biasa disapa Sawa ini mengaku ikut memerkosa dan
membunuh karena ajakan Fendi. Sawa pun mengaku penggorok pertama karena
disuruh Fendi.
“Saat
itu Fatma sudah tewas. Tubuhnya sudah tidak bergerak karena dibekap
dan ditutupi karung. Fendi menyuruh sambil menyerahkan parang kepada,”
ujarnya. Saat itu, dia tidak memenggal leher Fatma. Pemenggalan
dilakukan Fendi yang kemudian memotong bagian perut Fatma. Saat itu
dilakukan, Akramudin alias Icun memegang dua tangan Fatma. Alamsyah
alias Ancah melanjutkan dengan memotong bagian kaki.
Setelah
itu serta kaki kiri giliran Ancah yang memotongnya. Usai melakukan
perbuatan keji itu mereka berbagai tugas. Fendi dan Sawa membuang
membuang bagian tubuh leher sampai perut yang dimasukkan karung ke
bawah jembatan Desa Jingah, Habang Ilir, Karangintan, Banjar. Bagian
tubuh yang di dalam tas bermerek Revo dibuang Icun dan Alex Pratama.
Sedangkan potongan kaki kiri dibuang oleh Ancah.
“Setelah
pembunuhan tersebut, Fendi mengingatkan kami agar tidak bicara. Anggap
tidak pernah terjadi peristiwa tersebut dan kami tidak saling kenal,”
ungkap Sawa. Pasca kejadian itu, mereka kembali melakukan aktivitas
seperti biasa, mengamen, menjadi juru parkir, mabuk-mabukan dan
nongkrong di Banjarbaru. “Fendi, Alex, Tole (M Aldiansyah), Icun dan
saya di Banjarbaru. Sedangkan, Ancah dan Erfan (M Syafii Erfani) tidak
bersama kami,” kata Sawa.
Bagaimana
perasaan mereka setelah melakukan aksi itu? “Biasa saja perasaan saya,
tidak dihantui atau bermimpi. Kalau Fendi pernah bermimpi Fatma,”
ujarnya. Saat ditanyakan ke Fendi, dia membenarkan. “Dalam mimpi itu,
Fatma melambaikan tangan ke saya. Setelah itu saya kalau tidur malam di
masjid. Tidak berani lagi tidur di taman (kawasan Minggu Raya, Red),”
katanya.
Fendi
pun mengaku pasrah mengenai hukuman yang bakal dijalaninya. “Saya
menyesal. Pasrah saja setelah ditangkap,” ujarnya. Kasatreskrim Polres
Banjar AKP Nuryono mengakui, kasus ini awalnya sulit terungkap karena
para pelaku kukuh menyimpan menjaga rahasia. “Tetapi, setelah dirunut
akhirnya satu persatu pelaku ditangkap dan mengakui. Paling cepat,
Senin (hari ini), kami limpahkan ke Polda Kalsel,” katanya.
sumber ruanghati.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar